KH. ZAINAL ABIDIN PENDIRI DAN PENGASUH PERTAMA (1839 - 1868 M)
KH. ZAINAL ABIDIN
PENDIRI DAN PENGASUH PERTAMA (1839 - 1868 M)
Wafat : 1890 M/ sekitar 1307/1308 H.
Alamat : Genggong Pajarakan.
Pendidikan : Pesantren Darasermo, Surabaya.
Penyebar agama Islam
1. Menjalin hubungan dengan masyarakat secara intensif dalam rangka pembinaan masyarakat terhadap kesadaran beragama, melalui kunjungan silaturahmi; gotong-royong dalam masalah sosial; dan lain-lain.
2. Melaksanakan pendidikan informal dengan dakwah keagamaan dari rumah ke rumah pada tetangga sekitarnya yang dimulai dari dasar-dasar keimanan dan keislaman.
3. Mengadakan pengajian kelompok dalam lingkungan masyarakat sekitarnya dan sejak itulah Almarhum KH. Zainal Abidin dinilai masyarakat sebagai seorang yang amaliyahnya sesuai dengan ilmu yang dimiliki. Sejak itu juga beliau mendapat predikat Kiai di dalam masyarakat.
Merintis Berdirinya Pondok Pesantren.
1. Mulai merintis pendidikan non formal untuk beberapa santri ‘kalong’ (sebuah istilah bagi santri yang tidak mukim) dengan mengumandangkan bacaan Al-Qur’an di kediaman beliau setiap ba'da Magrib sampai Isya.
2. Meningkatkan pendidikan non-formal dengan menampung beberapa orang santri ‘kalong’ yang mulai menetap, dan pendidikannya dilaksanakan dengan pengajian kitab-kitab klasik agama Islam.
3. Setelah santri-santri ‘kalong’ bertambah banyak yang berdatangan dari penjuru desa dan sekitarnya,
maka mulailah santri-santri menetap dalam asrama yang bangunannya sederhana. Sampai akhirnya
berdirilah pondok pesantren dengan nama "Pondok Genggong" di desa Karangbong, Pajarakan,
Probolinggo pada tahun 1839 M. Awalnya berdirinya, luas pesantren ini hanya seluas 10 meter persegi.
4. Sikap Beliau menghadapi penjajah Belanda menggunakan sikap non cooperation, sehingga tidak ada ikatan dalam mengelola pelaksanaan pendidikan dalam Pondok Genggong.
Keadaan Pesantren
1. Keadaan santri yang menetap sekitar 50 sampai 100 orang yang datang dari penjuru desa dan luar
desa yang ingin menimba ilmu dari beliau.
2. Sistem pendidikannya menggunakan 2 sistem :
a. Sistem “sorogan” dilaksanakan bagi santri yang menetap dan pelaksanaannya setiap hari sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
b. Sistem weton dilaksanakan untuk para santri yang tidak menetap yang berasal dari penjuru
desa, yang dilaksanakan setiap minggu sekali.
3. Asrama santri masih bersifat sederhana, di mana setiap kotakan ditempati oleh 3 atau 4 orang santri, sedang asrama dikenal dengan sebutan kotakan yang terbuat dari bambu/kayu yang beratapkan daun tebu/genting. Pembuatan asrama tersebut dilaksanakan oleh santri bersama dengan para wali santri.