KH. Moh. Hasan: Pengasuh Kedua (1868 M-1952 M)
KH. Moh. Hasan: Pengasuh Kedua (1868 M-1952 M)
Nama Kecil : Ahsan bin Syamsuddin.
Nama lain : Kiai Sepuh Genggong.
Lahir : Sentong, Krejengan, Probolinggo, 27 Rajab 1259/24 Agustus 1843 M.
Wafat : 11 Syawal 1374 H./1 juni 1955 M.
Pendidikan :
● Pondok Pesantren Sentong di bawah asuhan KH. Syamsuddin, hubungan keluarga paman Almarhum KH. Mohammad Hasan dimulai sejak kecil sampai usia 14 tahun.
● Pondok Pesantren Sukonsari, Pojentrek-Pasuruan Asuhan KH. Mohammad Tamin.
● Pondok Pesantren yang diasuh oleh KH. Khatib al-Syarbini, Bangkalan, Madura.
● Pondok Pesantren Bangkalan selama 3 tahun asuhan KH. Mohammad Cholil di Pesantren ini menggembleng diri serta memperdalam semua Ilmu Agama.
● Menunaikan ibadah Haji sekaligus belajar dan memperdalam Ilmu Agama selama 3 tahun di Mekkah Al Mukarramah.
Kiai Sepuh bernama lengkap Kiai Muhammad Hasan yang dikenal juga dengan nama Al-Arifbillah al-Syaikh Haji al-Syarif Muhammad Hasan bin Syamsuddin bin Qoyiduddin al-Qadiri al-Hasani Qaddasallahu Sirruhu. Beliau lahir di Sentong, Krejengan, Probolinggo, 27 Rajab 1259 H/24 Agustus 1843 M dan wafat di Genggong pada 11 Syawal 1374 H/1 juni 1955 M pada umur 115 atau 112 dalam hitungan Masehi.
Keistimewaan Kiai Hasan tampak saat beliau belum lahir. Saat berada di kandungan, sang ayah bermimpi istrinya menelan bulan. Saat itu beliau sedang mengandung KH. Mohammad Hasan. Mimpi itu diartikan jika kelak anak dalam kandungannya akan menjadi orang yang mulia.
Ayahandanya, Kiai Syamsuddin juga mengalami hal unik serupa sang istri. Suatu ketika, Kiai Syamsuddin mengisi ceramah di desa lain dan pulang larut malam. Di jalan mendaki, Kiai Syamsuddin melihat cahaya dari kejauhan memancar dari arah timur. Rupanya, sinar itu berasal dari rumahnya. Saat sang ayah sampai rumah, KH. Moh. Hasan rupanya sudah lahir.
Sejak kecil sampai menginjak usia 14 tahun, Kiai Sepuh belajar kepada pamannya, KH. Syamsuddin (Ayah dari Kiai Rofi’i, Sentong). Setelah itu, beliau bersama sahabat seperguruannya; Kiai Rofi’i, berangkat ke Pondok Sukunsari, Pojentrek, Pasuruan. Di Pondok ini, keduanya mengaji dan mengabdi pada KH. Muhammad Tamim.
Setelah itu, keduanya melanjutkan pendidikannya di Pondok yang di asuh oleh Kiai Kholil di Bangkalan selama 3 tahun. Namun sebelum mukim di Pondok KH. Kholil, beliau terlebih dahulu belajar kepada KH. Khatib al-Syarbini sebab KH. Kholil saat itu belum pulang dari Makkah.
Dengan demikian, KH. Moh. Hasan merupakan santri pertama KH. Kholil. Beliau bisa dikatakan lebih senior daripada KH. Hasyim Asy’ari, KH. As’ad Syamsul Arifin, KH. Wahhab Hasbullah, dan beberapa santri masyhur KH. Kholil yang lain.
Setelah itu, Kiai Rofi’i pergi meninggalkan Kiai Sepuh ke Makkah, beliau berniatan ingin mengungguli keilmuan yang dimiliki oleh Kiai sepuh. Pasca Kiai Sepuh ditinggalkan oleh sahabatnya, keinginan beliau untuk pergi ke Makkah juga muncul dan akhirnya beliau berangkat dan Mondok di Mekkah juga.
Guru-guru Kiai Sepuh
- KH. Syamsuddin, Sentong-Kraksaan.
- KH. Rofi’i, Sentong-Kraksaan.
- KH. Ma’shum, Sentong-Kraksaan.
- KH. Muhammad Tamim, Sukunsari Pasuruan.
- KH. Chotib al-Syarbini, Bangkalan Madura.
- KH. Cholil, Bangkalan-Madura.
- KH. Jazuli, Madura.
- KH. Nahrowie, Sepanjang Surabaya.
- KH. Muhammad Nawawi bin Umar Banten.
- KH. Marzuki, Mataram.
- KH. Muqri, Sunda.
- Syaikh Abdul Hamid al-Syarwani, al-Daghastani, muhsyi Tuhfatul Muhtaj.
- Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatho al-Mishri.
- Habib Husain bin Muhammad bin Husain al-Habsyi, Makkah.
- Habib Ali bin Ali al-Habsyi, Madinah.
- Syaikh Sa’id al-Yamani, Makkah.
Mahakarya Kiai Sepuh
Karya-karya yang terpublikasi
- Aqidah al-Tauhid fi Ilmi al-Tauhid.
- Nadham Safinah al-Najah fi al-Fiqhi
- Al-Ahadits al-Nabawiyyah ‘Ala Tartib al-Akhruf al-Hijaiyyah
- Khutbatain li ‘Id al-Fitri wa Adha wa Khutbah al-Nikah
Karya-karya yang belum terpublikasi
- Mathlab al-Salikin
- Khutbah Jum’at
- Al-Syi’ru bi al-Lughah al-Manduriyyah.
- Khutbah al-Istisqa’