Kiprah dan Kedisiplinan dalam Pendidikan
Kiai Ahmad Tuhfah Nahrawi Kiprah dan Kedisiplinan dalam Pendidikan
Nama : Kiai Ahmad Tuhfah Nahrawi
Lahir : Genggong, Probolinggo, 1348 H/1929 M
Wafat : 1370 H/ 1951 M.
Pendidikan :
● Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong
● Pondok Pesantren Tebuireng Jombang
Guru-guru Non Tuhfah
- KH. Ahmad Nahrawi
- KH Hasyim Asy’ari
Mahakarya Non Tuhfah
Di usia yang masih belia, beliau telah menulis sejumlah kitab, di antara karyanya yang terkenal adalah:
1. Tuhfatul Akarim
2. Mirqotul Ulum
3. Hidayatul Athfal
Seorang ulama’ yang masih belia pada era 50-an terkenal akan kemahirannya di bidang astronomi. Beliau juga merupakan salah satu santri kesayangan dari KH. Hasyim Asy’ari tebuireng Jombang. Di lingkungan keluarga besarnya di Pesantren Zainul Hasan Genggong, beliau dikenal dengan panggilan “Non Tuhfah ''. Beliau putra ke enam dari sebelas bersaudara pasangan Kiai Ahmad Nahrawi dan Nyai Marfu’ah.
Beliau terkenal disiplin dalam mengajar. Kedisiplinannya dalam belajar dan mengajar menjadi contoh para guru pada masa itu. Begitu juga di kalangan para santrinya beliau sangat terkenal akan kedisiplinannya.
Ciri khas beliau saat mengajar adalah dengan selalu memberikan ujian secara lisan kepada para santri yang diajarinya. Ujian yang beliau berikan kepada para santri tidak tentu hari dan tanggalnya, materinya pun selalu berubah-ubah hingga mengharuskan para santri untuk selalu mengingat pelajarannya. Baik pelajaran yang baru diberikan maupun pelajaran yang telah lama diajarkan.
Gagasan yang pernah dibuat beliau di bidang pendidikan Pesantren Zainul Hasan Genggong adalah dengan mengupayakan penggunaan kitab-kitab asli karangan beliau sendiri, dan beberapa kitab dari pengasuh Pondok Genggong lainnya. Beliau mengupayakan kemandirian pada sektor pendidikan dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di Pesantren. Gagasan beliau pun berjalan dengan baik.
Nun Tuhfah merupakan cucu kesayangan Almarhum Al-Arif Billah KH. Mohammad Hasan Genggong. Hal tersebut dapat terlihat dari perhatian dan kasih sayang sang kakek kepadanya. Saat beliau wafat inilah begitu nampak betapa besar kasih sayang sang kakek Almarhum Al-Arif Billah KH. Mohammad Hasan kepadanya. Di antara putra dan cucu Almarhum KH. Mohammad Hasan, hanya saat beliau wafat saja kakek beliau menangis melepas kepergiannya menuju Khaliq.
Beberapa waktu sebelum beliau wafat, Kiai Ahmad Tuhfah Nahrawi sempat bercerita kepada kakeknya (Almarhum KH. Mohammad Hasan). Beliau menceritakan tentang mimpinya, bahwa matahari, bulan dan seluruh bintang di langit turun ke bumi dan bersujud kepadanya. Seketika kakek beliau menangis sembari memeluk beliau. Beberapa hari setelah menceritakan mimpinya kepada kakeknya beliau kemudian jatuh sakit dan wafat pada usia 20 tahun.
SANAD ILMU DAN PENDIDIKAN BELIAU
Ke’aliman Kiai Ahmad Tuhfah Nahrawi sudah terlihat sejak beliau berusia belasan tahun. Kiai Ahmad Tuhfah Nahrawi dididik agama di lingkungan keluarga besarnya di pesantren Zainul Hasan Genggong, lalu beliau pergi belajar kepada KH. Hasyim Asy’ari di Pondok Pesantren Tebuireng. Walau hanya mondok kurang lebih selama seminggu, beliau adalah salah satu santri kesayangan KH. Hasyim Asy’ari.Hal ikhwal dari proses Kiai Ahmad Tuhfah Nahrawi menjadi santri pun terbilang unik. Karena sang kiai lah yang meminta beliau untuk menjadi santrinya. Hal ini berbeda dari kebanyakan pemuda pada masa itu yang meminta sang kiai untuk menjadi gurunya.