13 Mei 2025
UmumSumber Gambar : -
11 hari yang lalu
Umum
GENGGONG – Momentum penuh hikmah, mengenang sosok ulama karismatik yang tidak hanya berjasa dalam bidang pendidikan dan dakwah, tetapi juga dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Haul ke-35 Almarhum Al-‘Arif Billah KH. Hasan Saifourridzall digelar pada Selasa malam (27/05/2025), di Masjid Jami’ Al-Barokah Pesantren Zainul Hasan Genggong. Ribuan jamaah dari berbagai kalangan, mulai dari para ulama, habaib, pejabat, santri, alumni, dan simpatisan hadir memadati kawasan area pondok pesantren demi mengharap barokah Sang Guru, utamanya Shohibul Haul Almarhum Al-‘Arif Billah KH. Hasan Saifourridzall. Acara diawali dengan pembacaan Maulid Nabi oleh Hadrah Al Hasanain Genggong, dilanjutkan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan manakib KH. Hasan Saifourridzall yang dibawakan langsung oleh Gus dr. Moh. Haris, M.Kes., Bupati Probolinggo sekaligus cucu pertama Almarhum Al-‘Arif Billah KH. Hasan Saifourridzall. Dalam manakibnya, Gus Haris mengajak para hadirin meneladani sosok kakeknya, KH. Hasan Saifourridzall, melalui untaian pantun yang penuh makna dan nuansa cinta kepada ulama: Jalan-jalan ke Pasar Pajarakan,Mampir sebentar beli tape manis,Haul ini bukan hanya kenangan,Tapi bukti cinta yang tak pernah habis. Pantun tersebut menjadi pembuka yang menggugah suasana majelis, menyampaikan bahwa haul bukan sekadar kenangan tahunan, tetapi wujud cinta sejati kepada para pendahulu yang telah berjuang lahir dan batin untuk agama dan bangsa. Gus Haris juga menegaskan bahwa KH. Hasan Saifourridzall adalah pejuang sejati yang semangat kebangsaannya telah tumbuh sejak masa muda. “Beliau lahir 28 Oktober 1928, bertepatan dengan momentum Sumpah Pemuda. Ini bukan kebetulan, karena sejak muda beliau aktif dalam barisan pejuang pasukan Ansoruddinillah hingga Hizbullah,” ungkap Gus Haris. Tak hanya sebagai ulama dan pejuang, KH. Hasan Saifourridzall dikenal pula sebagai seniman, politisi, bahkan akademisi. Sosoknya yang santun, sederhana, dan penuh cinta kepada orang tua menjadi teladan bagi santri dan masyarakat umum. “Nilai birrul walidain sangat kuat dalam diri beliau. Keluar ke musala saja beliau pamit dan mencium kaki sang ibunda,” ujar Gus Haris. Acara dilanjutkan dengan ceramah agama oleh KH. Ahmad Chalwani Nawawi, Ra’is Jam’iyah Ahlith Thariqah Mu’tabarah An-Nahdliyah sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, Purworejo, Jawa Tengah. Dalam tausiah-nya, KH. Chalwani mengingatkan jamaah tentang pentingnya adab, keikhlasan, dan kekuatan ruhani para pejuang Islam, khususnya kalangan pesantren. “Dalam bahasa Arab, kata haul itu bisa berarti tiga makna: kekuatan (power), sekitar (radius), dan tahun. Ini menandakan bahwa haul bukan hanya mengenang, tapi menyalurkan kekuatan spiritual yang memancar luas,” tutur KH. Chalwani. Beliau juga mengingatkan pentingnya etika ziarah, membaca basmalah dan doa perlindungan saat bepergian, serta bahaya meninggalkan majelis ilmu. “Dalam sebuah hadis diungkapkan bahwa apabila seseorang tidak mengaji selama 40 hari, akan datang dua penyakit di dalam dirinya, yaitu kerasnya hati dan mudah terjerumus dosa besar,” tegasnya. KH. Ahmad Chalwani Nawawi turut menyinggung peran besar kalangan pesantren dalam perjuangan melawan penjajah. “Yang paling berani menentang penjajahan Belanda di Tanah Jawa adalah para santri. Lihatlah Pangeran Diponegoro atau Ontowiryo, mereka adalah santri yang berani angkat senjata karena cinta tanah air,” ujarnya penuh semangat. Setelah ceramah agama dibawakan, selanjutnya pembacaan Yasin yang dibacakan oleh KH. Moh. Hasan Maulana dan pembacaan tahlil yang dibacakan oleh KH. Moh. Hasan Zidni Ilma dan ditutup dengan doa bersama yang kembali dipimpin oleh KH. Ahmad Chalwani Nawawi, dengan membaca doa tawasul sebagai penegasan bahwa semangat perjuangan, ilmu, dan keteladanan KH. Hasan Saifourridzall terus hidup di hati para hadirin yang hadir. (Zaka/Kak) Rate this post
27 hari yang lalu
Umum
GENGGONG – Haul KH Mohammad Hasan Genggong di Probolinggo tahun ini terasa sedikit berbeda. Di tengah lautan santri dan jamaah yang larut dalam doa dan zikir, tampak sekelompok orang berseragam sederhana, membawa alat kebersihan. Mereka bukan tamu, bukan pula panitia inti. Mereka adalah “Tim Sapu Bersih” yang dipimpin langsung oleh Ustaz Bogel, bagian dari perlengkapan Pesantren Zainul Hasan Genggong. Begitu rangkaian haul selesai, tim ini tak menunggu aba-aba. Dengan sigap, mereka menyisir seluruh area acara, dari lapangan utama hingga lorong-lorong sempit di sekitar pondok. Sapu lidi, karung plastik, dan semangat gotong royong menjadi senjata utama mereka untuk memastikan lingkungan kembali bersih seperti sediakala. “Ini sudah menjadi tradisi kami setiap ada kegiatan besar pondok. Kami ingin menjaga kebersihan sebagai bagian dari nilai-nilai pesantren,” ujar Ustaz Bogel saat ditemui di sela-sela kegiatan bersih-bersih. Menurutnya, tim sapu bersih bukan hanya bertugas teknis, tapi juga membawa pesan moral kepada para santri dan masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. “Kami ingin menunjukkan bahwa selesai acara bukan berarti selesai tanggung jawab. Justru di situlah pengabdian dimulai,” ungkapnya. Dengan gerakan cepat namun teratur, tim ini menyulap area yang sebelumnya penuh jejak ribuan orang menjadi kembali rapi. Tak ada teriakan, tak ada keluhan. Semua dilakukan dengan penuh keikhlasan. “Kami bekerja dalam senyap, tapi harapannya bisa berdampak luas. Ini bagian dari pengabdian kami kepada pesantren dan masyarakat,” tutup Ustaz Bogel. (Jhon/Kak) Rate this post
27 hari yang lalu
Umum
SURABAYA – KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah selaku Ketua Umum MUI Jatim menegaskan pentingnya mengawal spiritualitas media sosial dalam sebuah kegiatan silaturahim dan konsolidasi, Selasa (02/04/2024) di kantor MUI Jawa Timur, Surabaya. Menurut beliau, ulama memiliki peran penting dalam membantu pemerintah dalam melaksanakan amanah kepada masyarakat dengan baik. Kegiatan yang mengusung tema MUI Mengawal Spiritual Media Sosial ini juga dihadiri oleh ketua umum pusat KH. Anwar Iskandar dan seluruh pengurus MUI se-Jawa Timur. Selain itu, hadir juga jajaran TNI, Polri, dan Forkopimda di seluruh Jatim. Kiai Mutawakkil juga menegaskan, ulama dalam hal ini MUI mesti berupaya menjaga dan memelihara umat dengan baik. “Sebagai khodimul ummah, MUI berupaya menjaga dan memelihara umat melalui argumen dan narasi keagamaan, serta menghindarkan umat dari pesimisme dalam menghadapi kompleksitas kehidupan,” jelas pengasuh PZH Genggong itu. Beliau juga menyoroti hubungan baik antara ulama dan umara di Jatim yang memberikan penanganan cepat terhadap masalah sosial. “Relasi yang baik ini harus kita syukuri dan pertahankan. Kondisi dan kemapanan tatanan sosial seperti ini harus dipertahankan untuk menjaga ketertiban sosial di tengah arus media sosial yang semakin kompleks,” jelasnya. (Kak) 5/5 - (2 votes)
27 hari yang lalu
Umum
Event
Genggong Nusantara – Gus Haris membacakan manaqib shohibul haul pada haul ke-71 KH Moh Hasan, Sabtu (20/04/24). GENGGONG – Ada hal unik saat peringatan haul Al-Arif Billah KH. Moh. Hasan yang ke-71 di Masjid Al Barokah Genggong. Gus dr. Haris menghadirkan sebuah puisi elok saat membacakan manaqib shohibul haul pada Sabtu (20/04/24). Gus dr. Haris, M.Kes memang terkenal sebagai salah satu shohibul bait yang sering kali mengekspresikan berbagai hal melalui seni. Ya Wali, Malaikatku (Ibu), dan Tahajjud merupakan salah satu dari banyaknya lagu originalnya yang berhasil memikat hati pendengarnya. Puisi yang digubah sedemikian syahdu itu beliau bacakan di hadapan KH Zulfa Mustofa, KH Zuhri Zaini, segenap shohibul bait dan para ribuan hadirin yang memadati lokasi. Menurut beliau, puisi tersebut beliau dedikasikan untuk sang Murobbi yang telah membimbing dan membina masyarakat. Genggong Nusantara – Gus Haris membacakan manaqib shohibul haul pada haul ke-71 KH Moh Hasan, Sabtu (20/04/24). “Puisi ini sebagai kesimpulan dari (manaqib) sosok Kiai Hasan bin Syamsuddin bin Qoiduddin,” jelas putra Ning Sus itu. berikut puisi beliau: Di sunyinya malam bulan terang bersinarcerminan cahaya sang guru yang bercahaya terpendam‘kan selalu melekat di hati umatdan selalu menerangi jiwa-jiwa yang pekatKiai Hasan penuh khidmat dan cintaseperti embun pagi yang menyejukkan jiwaseperti mawar wangi yang menyedapkan rasabimbingannya bagai mata air yang jernihmengalir membasahi setiap hati yang haus aroma surgadi pesantren ini, kiai Hasan berdiriistiqomah dalam khidmatnya cintadoa-doa selau mengalir dari bibirnyamenyentuh langit menghadirkan damai di bumitak perah lelah, tak pernah pudar penuh semangat dan selalu berpendarkiai hasan, penjaga kebenaran dan keadilandalam kesederhaannya, namanya kan selalu bersinar terangbagai cahaya, di kegelapan malam membawa harapan bagi yang padamyaa kiai hasan, nama yang diukir dalam hati setiap umatengkaulah tauladan, engkaulah cahayaengkaulah panutan hingga akhir zaman. (Kak) Rate this post