14 Feb 2025
UmumSumber Gambar : -
11 hari yang lalu
Umum
GENGGONG – Momentum penuh hikmah, mengenang sosok ulama karismatik yang tidak hanya berjasa dalam bidang pendidikan dan dakwah, tetapi juga dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Haul ke-35 Almarhum Al-‘Arif Billah KH. Hasan Saifourridzall digelar pada Selasa malam (27/05/2025), di Masjid Jami’ Al-Barokah Pesantren Zainul Hasan Genggong. Ribuan jamaah dari berbagai kalangan, mulai dari para ulama, habaib, pejabat, santri, alumni, dan simpatisan hadir memadati kawasan area pondok pesantren demi mengharap barokah Sang Guru, utamanya Shohibul Haul Almarhum Al-‘Arif Billah KH. Hasan Saifourridzall. Acara diawali dengan pembacaan Maulid Nabi oleh Hadrah Al Hasanain Genggong, dilanjutkan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan manakib KH. Hasan Saifourridzall yang dibawakan langsung oleh Gus dr. Moh. Haris, M.Kes., Bupati Probolinggo sekaligus cucu pertama Almarhum Al-‘Arif Billah KH. Hasan Saifourridzall. Dalam manakibnya, Gus Haris mengajak para hadirin meneladani sosok kakeknya, KH. Hasan Saifourridzall, melalui untaian pantun yang penuh makna dan nuansa cinta kepada ulama: Jalan-jalan ke Pasar Pajarakan,Mampir sebentar beli tape manis,Haul ini bukan hanya kenangan,Tapi bukti cinta yang tak pernah habis. Pantun tersebut menjadi pembuka yang menggugah suasana majelis, menyampaikan bahwa haul bukan sekadar kenangan tahunan, tetapi wujud cinta sejati kepada para pendahulu yang telah berjuang lahir dan batin untuk agama dan bangsa. Gus Haris juga menegaskan bahwa KH. Hasan Saifourridzall adalah pejuang sejati yang semangat kebangsaannya telah tumbuh sejak masa muda. “Beliau lahir 28 Oktober 1928, bertepatan dengan momentum Sumpah Pemuda. Ini bukan kebetulan, karena sejak muda beliau aktif dalam barisan pejuang pasukan Ansoruddinillah hingga Hizbullah,” ungkap Gus Haris. Tak hanya sebagai ulama dan pejuang, KH. Hasan Saifourridzall dikenal pula sebagai seniman, politisi, bahkan akademisi. Sosoknya yang santun, sederhana, dan penuh cinta kepada orang tua menjadi teladan bagi santri dan masyarakat umum. “Nilai birrul walidain sangat kuat dalam diri beliau. Keluar ke musala saja beliau pamit dan mencium kaki sang ibunda,” ujar Gus Haris. Acara dilanjutkan dengan ceramah agama oleh KH. Ahmad Chalwani Nawawi, Ra’is Jam’iyah Ahlith Thariqah Mu’tabarah An-Nahdliyah sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, Purworejo, Jawa Tengah. Dalam tausiah-nya, KH. Chalwani mengingatkan jamaah tentang pentingnya adab, keikhlasan, dan kekuatan ruhani para pejuang Islam, khususnya kalangan pesantren. “Dalam bahasa Arab, kata haul itu bisa berarti tiga makna: kekuatan (power), sekitar (radius), dan tahun. Ini menandakan bahwa haul bukan hanya mengenang, tapi menyalurkan kekuatan spiritual yang memancar luas,” tutur KH. Chalwani. Beliau juga mengingatkan pentingnya etika ziarah, membaca basmalah dan doa perlindungan saat bepergian, serta bahaya meninggalkan majelis ilmu. “Dalam sebuah hadis diungkapkan bahwa apabila seseorang tidak mengaji selama 40 hari, akan datang dua penyakit di dalam dirinya, yaitu kerasnya hati dan mudah terjerumus dosa besar,” tegasnya. KH. Ahmad Chalwani Nawawi turut menyinggung peran besar kalangan pesantren dalam perjuangan melawan penjajah. “Yang paling berani menentang penjajahan Belanda di Tanah Jawa adalah para santri. Lihatlah Pangeran Diponegoro atau Ontowiryo, mereka adalah santri yang berani angkat senjata karena cinta tanah air,” ujarnya penuh semangat. Setelah ceramah agama dibawakan, selanjutnya pembacaan Yasin yang dibacakan oleh KH. Moh. Hasan Maulana dan pembacaan tahlil yang dibacakan oleh KH. Moh. Hasan Zidni Ilma dan ditutup dengan doa bersama yang kembali dipimpin oleh KH. Ahmad Chalwani Nawawi, dengan membaca doa tawasul sebagai penegasan bahwa semangat perjuangan, ilmu, dan keteladanan KH. Hasan Saifourridzall terus hidup di hati para hadirin yang hadir. (Zaka/Kak) Rate this post
27 hari yang lalu
Umum
GENGGONG – Haul KH Mohammad Hasan Genggong di Probolinggo tahun ini terasa sedikit berbeda. Di tengah lautan santri dan jamaah yang larut dalam doa dan zikir, tampak sekelompok orang berseragam sederhana, membawa alat kebersihan. Mereka bukan tamu, bukan pula panitia inti. Mereka adalah “Tim Sapu Bersih” yang dipimpin langsung oleh Ustaz Bogel, bagian dari perlengkapan Pesantren Zainul Hasan Genggong. Begitu rangkaian haul selesai, tim ini tak menunggu aba-aba. Dengan sigap, mereka menyisir seluruh area acara, dari lapangan utama hingga lorong-lorong sempit di sekitar pondok. Sapu lidi, karung plastik, dan semangat gotong royong menjadi senjata utama mereka untuk memastikan lingkungan kembali bersih seperti sediakala. “Ini sudah menjadi tradisi kami setiap ada kegiatan besar pondok. Kami ingin menjaga kebersihan sebagai bagian dari nilai-nilai pesantren,” ujar Ustaz Bogel saat ditemui di sela-sela kegiatan bersih-bersih. Menurutnya, tim sapu bersih bukan hanya bertugas teknis, tapi juga membawa pesan moral kepada para santri dan masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. “Kami ingin menunjukkan bahwa selesai acara bukan berarti selesai tanggung jawab. Justru di situlah pengabdian dimulai,” ungkapnya. Dengan gerakan cepat namun teratur, tim ini menyulap area yang sebelumnya penuh jejak ribuan orang menjadi kembali rapi. Tak ada teriakan, tak ada keluhan. Semua dilakukan dengan penuh keikhlasan. “Kami bekerja dalam senyap, tapi harapannya bisa berdampak luas. Ini bagian dari pengabdian kami kepada pesantren dan masyarakat,” tutup Ustaz Bogel. (Jhon/Kak) Rate this post
27 hari yang lalu
Umum
SURABAYA – KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah selaku Ketua Umum MUI Jatim menegaskan pentingnya mengawal spiritualitas media sosial dalam sebuah kegiatan silaturahim dan konsolidasi, Selasa (02/04/2024) di kantor MUI Jawa Timur, Surabaya. Menurut beliau, ulama memiliki peran penting dalam membantu pemerintah dalam melaksanakan amanah kepada masyarakat dengan baik. Kegiatan yang mengusung tema MUI Mengawal Spiritual Media Sosial ini juga dihadiri oleh ketua umum pusat KH. Anwar Iskandar dan seluruh pengurus MUI se-Jawa Timur. Selain itu, hadir juga jajaran TNI, Polri, dan Forkopimda di seluruh Jatim. Kiai Mutawakkil juga menegaskan, ulama dalam hal ini MUI mesti berupaya menjaga dan memelihara umat dengan baik. “Sebagai khodimul ummah, MUI berupaya menjaga dan memelihara umat melalui argumen dan narasi keagamaan, serta menghindarkan umat dari pesimisme dalam menghadapi kompleksitas kehidupan,” jelas pengasuh PZH Genggong itu. Beliau juga menyoroti hubungan baik antara ulama dan umara di Jatim yang memberikan penanganan cepat terhadap masalah sosial. “Relasi yang baik ini harus kita syukuri dan pertahankan. Kondisi dan kemapanan tatanan sosial seperti ini harus dipertahankan untuk menjaga ketertiban sosial di tengah arus media sosial yang semakin kompleks,” jelasnya. (Kak) 5/5 - (2 votes)
27 hari yang lalu
Umum
Sejumlah masyarakat tampak khusu’ saat menghadiri Haul Kiai Hasan Genggong, Kamis (10/04) | Genggong Nusantara GENGGONG – Lautan manusia tumpah ruah dari Masjid Jami’ Al-Barokah Genggong hingga pondok putri Hafshawaty Induk, Kamis (10/04/2025). Mereka datang dari berbagai daerah untuk menghadiri haul KH. Moh. Hasan bin Kiai Syamsuddin bin Kiai Qoyyiduddin—ulama karismatik yang dikenal sebagai tokoh penting Nahdlatul Ulama sekaligus wali yang disegani.Haul tahunan ini bukan sekadar seremoni keagamaan. Bagi ribuan jemaah yang hadir, ini adalah momentum spiritual untuk menadahkan tangan, mengharap berkah dari sosok yang dipercaya memiliki karomah dan kedalaman ilmu yang langka. Masyarakat memadati halaman PZH Genggong saat Haul Kiai Hasan Genggong, Kamis (10/04). | Genggong Nusantara KH. Hasan Genggong dikenal sebagai pribadi zuhud yang sejak muda telah menapaki jalur keilmuan hingga ke Tanah Suci, menimba ilmu di Mekkah dan Madinah. Ketokohannya mulai bersinar sejak berguru pada Kiai Kholil Bangkalan, salah satu ulama besar Nusantara yang juga guru dari para pendiri NU. Sejak itu, cerita tentang karomah dan kewaliannya menyebar luas di tengah masyarakat.Namun, pengaruh Kiai Hasan tak hanya berhenti di ranah spiritual. Ia juga dikenal sebagai penjaga tradisi lokal di tengah arus modernisasi yang kian deras. Di tangannya, adat istiadat leluhur tetap terjaga, diwariskan lintas generasi tanpa kehilangan relevansi. Sejumlah program sosial dan kegiatan amal turut mengukuhkan kiprahnya sebagai tokoh masyarakat yang peduli dan merangkul semua kalangan.“Beliau seperti pelita,” kata salah satu jemaah, “yang menerangi jalan bahkan setelah tiada.”Jejak perjuangan dan kebijaksanaannya terus hidup, bukan hanya dalam catatan sejarah pesantren, tapi juga di hati masyarakat yang setia mengenangnya. Haul Kiai Hasan bukan hanya ajang mengenang, melainkan bukti bahwa nilai-nilai luhur tak lekang oleh waktu. (Kak) 5/5 - (1 vote)