27 Sep 2016
TeknologiSumber Gambar : -
4 Maret 2016
Umum
Hikmah
Teknologi
Internet ibarat pedang bermata dua, bisa berguna sebagai senjata, tapi kalau tidak hati-hati bisa membahayakan diri sendiri. Disatu sisi dia adalah sumber informasi yang luas, kita bisa mendapatkan pengetahuan, informasi, koneksi, dan kesenangan hampir tanpa batas di internet. Di sisi lain internet juga bisa berbalik menyerang kita sendiri. Berikut Beberapa Artikel Yang Dapat Menunjang berinternet dengan aman dan cerdas ~> Belajar agama melalui internet atau buku? ~> Akhlaq Dalam Ber-Internet ~> Berguru kepada internet atau Dunia Maya the darkness of internet Internet adalah sebuah alat, yang tergantung bagaimana dan untuk apa kita menggunakan alat itu. Berikut tips bagaimana menggunakan internet secara cerdas sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Internet adalah gudang ilmu, gunakan semaksimal mungkin untuk mencari informasi yang menunjang pelajaran, kuliah, penelitian, pekerjaan dan hal-hal yang mencerdaskan lainnya. Jangan mengumbar atau memberikan data diri Anda dengan mudah di Internet, sebab data diri Anda bisa saja disalahgunakan pihak lain. Internet bersifat anonimous, mengaku perempuan tapi lelaki, bernama X tapi ternyata Y, tinggal di kota A tapi sesungguhnya di B, sehingga jangan percaya begitu saja akan informasi yang disampaikan. Jejaring sosial seperti Facebook, Friendster, Twitter, My Space dan sebagainya baik untuk mempererat tali silaturahmi, berdiskusi akan banyak hal, tapi gunakanlah secara bijak, atur waktu mengakses agar tetap produktif dan jangan sembarangan menerima ajakan ”kopi darat”/bertemu dengan orang yang belum dikenal. Internet mempermudah transaksi bisnis, perbankan maupun jual-beli barang, untuk itu gunakan transaksi dengan tingkat security yang aman, berhati-hati dengan nomor kartu kredit, PIN e-banking, sebab penjahat internet siap mengintai setiap saat. Bagi orang tua, dampingi putra-putri saat mengakses internet dan berikan penjelasan serta batasan apa saja yang boleh diakses. Untuk membatasi putra-putri yang di bawah umur mengakses situs pornografi, perjudian dan situs yang menyesatkan akidah dalam beragama hendaknya kita mengecek apakah provider internet kita sudah bisa memblokir situs terlarang tersebut. dan juga kita mengontrol penggunaan gatget dan mengecek daftar bacaan mereka dengan melihat daftar histori browser. Saat ini, koneksi internet Indonesia yang terhubung ke luar negeri memerlukan kapasitas lebar pita yang besar, untuk itu utamakan membuat dan mengakses konten-konten lokal dan tidak mendownload file-file yang tidak perlu dari situs di luar negeri. Selalu log out setelah Anda log in suatu aplikasi maupun transaksi apapun. Keadaan tetap log in beresiko jika ada pihak lain yang kemudian melanjutkan aplikasi maupun transaksi terutama untuk akses internt di tempat umum seperti Warnet. Bahasa tulis berbeda dengan bahas lisan, sehingga gunakanlah tata bahasa yang baik dan tidak menimbulkan salah pengertian pihak lain. Kalaupun dirasa ada yang tidak pas dengan bahasa yang tertulis, pemakluman diperlukan mengingat tingkat pendidikan dan pengalaman yang berbeda ataupun kesulitan dalam menerjemahkan bahasa lisan ke tulisan, apalagi internet terutama dengan booming jejaring sosial, masih merupakan ”mainan’ baru bagi kita semua. Internet bukan wilayah bebas tanpa hukum, dimana kejahatan yang dilakukan secara off line (tradisional) kemudian beralih dengan memanfaatkan teknologi informasi (online) kini juga dapat diproses secara hukum. Penjahat cyber seperti cracker, carder, pencuri data/informasi elektronik kini juga dapat dijerat secara hukum. Begitu juga bagi pihak-pihak yang melakukan penipuan, pemerasan, atau penghinaan/pencemaran nama baik secara online. Perhatikan soal hak cipta saat menyalin (copy-paste) maupun menyebarkan tulisan, gambar atau video dari pihak/situs lain agar tidak ada tuntutan dikemudian hari. Tidak memproduksi maupun menyebarkan spam, virus, HOAX, termasuk juga gambar/foto pornoaksi dan pornografi, terutama pornografi anak. Karena akses internet berbiaya, terutama yang menggunakan waktu (seperti dial up ataupun di warnet-warnet) maupun volume, maka gunakan internet seperlunya agar biaya tidak membengkak. Kalaupun bersifat unlimited, tetap matikan akses jika sudah tidak dipakai agar jika ada pengguna lain yang ingin menggunakan, mendapatkan kualitas layanan yang seperti diharapkan. Artikel ini diadopsi dari tulisan Bp. Heru Sutadi, anggota Komite Regulasi Telekomunikasi pada Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). 3/5 - (2 votes)
10 Februari 2016
Umum
Teknologi
Tidak terlarang kita mendalami ilmu agama dengan mutholaah, menelaah kitab baik yang berbahasa Arab, terjemahan atau melalui media internet. Namun sebaiknya kita mempunyai seorang guru yang sanad ilmu (sanad guru) tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tempat kita bertalaqqi (mengaji) dan tempat kita bertanya terhadap apa yang kita baca. Orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku atau internet maka ia tidak akan menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya sendiri menurut akal pikirannya sendiri. Belajar Ilmu Agama Melalui Internet Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,“Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad) Apakah orang yang otodidak dari kitab-kitab hadits layak disebut ahli hadits ? Syaikh Nashir al-Asad menjawab pertanyaan ini: “Orang yang hanya mengambil ilmu melalui kitab saja tanpa memperlihatkannya kepada ulama dan tanpa berjumpa dalam majlis-majlis ulama, maka ia telah mengarah pada distorsi. Para ulama tidak menganggapnya sebagai ilmu, mereka menyebutnya shahafi atau otodidak, bukan orang alim… Para ulama menilai orang semacam ini sebagai orang yang dlaif (lemah). Ia disebut shahafi yang diambil dari kalimat tashhif, yang artinya adalah seseorang mempelajari ilmu dari kitab tetapi ia tidak mendengar langsung dari para ulama, maka ia melenceng dari kebenaran. Dengan demikian, Sanad dalam riwayat menurut pandangan kami adalah untuk menghindari kesalahan semacam ini” (Mashadir asy-Syi’ri al-Jahili 10) Berikut Beberapa Artikel Yang Dapat Menunjang berinternet dengan aman dan cerdas ~> Tips menggunakan Internet dengan cerdas dan bermanfaat ~> Akhlaq Dalam Ber-Internet ~> Berguru kepada internet atau Dunia Maya Ilmu agama adalah ilmu yang diwariskan dari ulama-ulama terdahulu yang tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra’il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” (HR Bukhari) Hadits tersebut bukanlah menyuruh kita menyampaikan apa yang kita baca dan pahami sendiri dari kitab atau buku Hakikat makna hadits tersebut adalah kita hanya boleh menyampaikan satu ayat yang diperoleh dan didengar dari para ulama yang sholeh dan disampaikan secara turun temurun yang bersumber dari lisannya Sayyidina Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karenanya ulama dikatakan sebagai pewaris Nabi. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Ulama adalah pewaris para nabi” (HR At-Tirmidzi). Ulama pewaris Nabi artinya menerima dari ulama-ulama yang sholeh sebelumnya yang tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Pada hakikatnya Al Qur’an dan Hadits disampaikan tidak dalam bentuk tulisan namun disampaikan melalui lisan ke lisan para ulama yang sholeh dengan imla atau secara hafalan. Dalam khazanah Islam, metode hafalan merupakan bagian integral dalam proses menuntut ilmu. Ia sudah dikenal dan dipraktekkan sejak zaman baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Setiap menerima wahyu, beliau langsung menyampaikan dan memerintahkan para sahabat untuk menghafalkannya. Sebelum memerintahkan untuk dihafal, terlebih dahulu beliau menafsirkan dan menjelaskan kandungan dari setiap ayat yang baru diwahyukan. Ilustrasi Internet Jika kita telusuri lebih jauh, perintah baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk menghafalkan Al-Qur’an bukan hanya karena kemuliaan, keagungan dan kedalaman kandungannya, tapi juga untuk menjaga otentisitas Al-Qur’an itu sendiri. Makanya hingga kini, walaupun sudah berusia sekitar 1400 tahun lebih, Al-Qur’an tetap terjaga orisinalitasnya. Kaitan antara hafalan dan otentisitas Al-Qur’an ini tampak dari kenyataan bahwa pada prinsipnya, Al-Qur’an bukanlah “tulisan” (rasm), tetapi “bacaan” (qira’ah). Artinya, ia adalah ucapan dan sebutan. Proses turun-(pewahyuan)-nya maupun penyampaian, pengajaran dan periwayatan-(transmisi)-nya, semuanya dilakukan secara lisan dan hafalan, bukan tulisan. Karena itu, dari dahulu yang dimaksud dengan “membaca” Al-Qur’an adalah membaca dari ingatan (qara’a ‘an zhahri qalbin). Dengan demikian, sumber semua tulisan itu sendiri adalah hafalan, atau apa yang sebelumnya telah tertera dalam ingatan sang qari’. Sedangkan fungsi tulisan atau bentuk kitab sebagai penunjang semata. Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas (QS Asy Syu’ara’ [26]: 195) namun pemahamannya haruslah dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten (ahlinya). Allah ta’ala berfirman yang artinya “Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui” (QS Fush shilat [41]:3) “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” [QS. an-Nahl : 43] Berkata Al-Kholil bin Ahmad, ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺭﺟﻞ ﻳﺪﺭﻱ ﻭﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﺃﻧﻪ ﻳﺪﺭﻱ ﻓﺬﺍﻙ ﻏﺎﻓﻞ ﻓﻨﺒﻬﻮﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻭﻳﺪﺭﻱ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻓﺬﺍﻙ ﺟﺎﻫﻞ ﻓﻌﻠﻤﻮﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﻳﺪﺭﻱ ﻭﻳﺪﺭﻱ ﺃﻧﻪ ﻳﺪﺭﻱ ﻓﺬﺍﻙ ﻋﺎﻗﻞ ﻓﺎﺗﺒﻌﻮﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻭﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻓﺬﺍﻙ ﻣﺎﺋﻖ ﻓﺎﺣﺬﺭﻭﻩ “Orang-orang itu ada empat macam: Seorang yang mengetahui dan tidak mengetahui bahwasanya ia mengetahui, itulah orang yang lalai maka ingatkalah ia Dan seorang yang tidak tahu dan ia mengetahui bahwasanya ia tidak tahu, itulah orang yang jahil (bodoh) maka ajarilah ia. Dan seorang yang mengetahui dan ia tahu bahwasanya ia mengetahui, itulah orang yang pandai maka ikutilah. Dan seorang yang tidak tahu dan tidak tahu bahwsanya ia tidak tahu, dan dia mengajarkan orang, itulah orang tolol maka jauhilah dia” (Atsar riwayat Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ila As-Sunan Al-Kubro 1/441 no 828) Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam belajar agama di internet ini, Bahaya Dengan adanya sumber yang berlimpah, maka orang merasa sudah tahu, dan merasa tidak perlu lagi bertanya-tanya kepada orang yang lebih tahu. Padahal seringkali apa yang kita baca di internet tidak sepenuhnya kita pahami sebagaimana yang diinginkan oleh penulisnya. Dan Pembaca juga gak tau SIAPA SI PENULIS. Terutama jika situasi dan kondisi penulis tidak sama dengan situasi dan kondisi pembaca. Seperti Qur’an yang terkadang hanya bisa dipahami dari asbabun nuzulnya, bukan hanya dari apa yang tertulis saja… Merasa tidak perlu menuntut Ilmu kepada Ulama. Ini juga menjadi penyakit yang sangat parah. Bersilaturrahiim kepada ulama tidak bisa digantikan dengan baca-baca buku dan browsing internet. Pahala duduk dalam majelis ilmu, fadhilah memandang wajah ulama, keutamaan duduk dalam majelis-majelis dzikir, manfaat mendengar bayan dan penjelasan ulama, jelas tidak bisa didapat dengan duduk berlama-lama memencet tuts keyboard dan meng-klik mouse. Dan, menghadiri majlis Ilmu ini bukan hanya sekedar saat kita ingin bertanya tentang masalah hukum agama saja. Silaturrahiim kepada ulama ini memang banyak fadhilahnya. Dan untuk menanyakan persoalanpun, sebenarnya tidak sopan kalau cuma sms-an, tapi akan lebih ber-adab jika berkunjung dan meminta nasehat langsung. Tentu saja, untuk saat-saat darurat, tidak mengapa jika terpaksa menelepon atau kirim sms… Internet tidak pandai memilah-milah karena Internet juga gak ada gurunya, makanya yang belajar via Internet atau buku itu sesat menyesatkan) mana yang penting dan mana yang tidak. Karena internet tidak pandai/tidak ada gurunya, lalu kemudian kita sendiri yang memilah-milah, bahan dan apa yang akan kita baca. Dan kemudian kita memilah-milah berdasarkan apa yang terjadi dan kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Masalahnya adalah, terkadang, perkara yang amat penting itu tidak kita jumpai (baca: tidak kita rasakan) dalam kehidupan sehari-hari, padahal itu ada. Akhirnya terkadang kita jadi sibuk dengan membahas perkara2 yang sebenarnya biasa-biasa saja dan melupakan perkara-perkara lain yang lebih penting, karena hasil googling “I’m Feeling LuckyTM” membawa kita kesana. Internet itu rimba belantara. Tidak ada sesiapapun yang mengontrol benar dan salah di internet. Sebagaimana di hutan dimana yang menjadi raja adalah yang paling kuat, di belantara internet, yang menjadi raja adalah yang paling tinggi rangking google rank-nya. Kalau dalam dunia bisnis dan dunia eknomi yang memang sehari-hari berkutat dengan internet sih tidak masalah. Karena pada saat itu, benar dan salah jadi tidak ada, yang ada hanya request and demand. Tapi dalam hal agama, dimana ulama-ulama hakiki (ulama yang sesungguhnya) sedang sibuk dengan dzikir, muroqobah, dan murajaah, maka orang-orang yang merasa tahu menuliskan apa yang mereka rasa tahu dan dibaca oleh orang yang sama-sama tidak tahu, dan… begitulah. Mudahnya fasilitas forward dan copy paste juga membuat sebuah pendapat yang sebenarnya belum tentu benar, jadi terlihat benar karena ada dimana-mana. MENGAPA BELAJAR PERLU GURU ? MANFAAT BERGURU adalah agar terhindar dari perkara-perkara yang SESAT & untuk mnghindari FITNAH. Adapun fungsi GURU atau SANAD (sandaran) adalah mencegah manusia untuk berbicara semaunya /seenak Gue, atau bicara hanya berdasarkan dari kerangka otaknya doang. DENGAN SANAD, maka Hal-hal yang diajarkan Rosululloh, terjaga keaslian isi ilmunya, tanpa ada yang dikurangi atau di tambah-tambah (DI MODIFIKASI MANUSIA). ( Kata Al-Imam Ali Zainal Abidin “laula isnada ma qola sa’a ma sa’a”= jika tanpa isnad memang orang bisa berkata apa saja yang dikehendakinya. ) Belum ada dalam sejarah seorang ulama besar lahir dari belajar kepada buku atau dari internet. Yang Ada Qulama (Sesat jadi ulama) Ilmu adalah keahlian dan setiap keahlian membutuhkan ahlinya, maka untuk mempelajarinya membutuhkan muallimnya yang ahli (guru pembimbing). Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid berkata, “Ini hampir menjadi titik kesepakatan di antara para ulama kecuali yang menyimpang.” Ada ungkapan, “Barangsiapa masuk ke dalam ilmu sendirian maka dia keluar sendirian.” Syaikh Bakr berkata, “Maksudnya barangsiapa masuk ke dalam ilmu tanpa syaikh maka dia keluar darinya tanpa ilmu, hanya mendapatkan kesesatan.” Syaikh Bakr menukil ucapan ash- Shafadi, “Jangan mengambil ilmu dari shahafi (ahli tajwid) dan jangan pula dari mushafi (org yg berpendat menurut dirinya sendiri), lalu Syaikh Bakr berkata, “Yakni jangan pelajari al-Qur`an kepada orang yang ahli membaca tapi pelajari dari Ahli ilmu (Ulama) dan jangan membaca hadits dan lainnya dari orang yang mengambilnya dari buku.” Sebagian ulama berkata, ﻓَﻴَﻘِﻴْﻨُﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﻤُﺸْﻜِﻼَﺕِ ﻇُﻨُﻮْﻥُ ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳُﺸَﺎﻓِﻪْ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﺑِﺄُﺻُﻮْﻟِﻪِ Barangsiapa tidak mengambil dasar ilmu dari ulama, maka keyakinannya dalam perkara adalah TERTOLAK Abu Hayyan berkata, ﻳَﻈُﻦَّ ﺍﻟﻐَﻤْﺮُ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻜُﺘُﺐَ ﺗَﻬْﺪِﻱ ﺃَﺧَﺎ ﻓَﻬْﻢٍ ﻹِﺩْﺭَﺍﻙِ ﺍﻟﻌُﻠُﻮْﻡِ Anak muda mengira bahwa buku membimbing orang yang mau memahami untuk mendapatkan ilmu ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺪْﺭِﻱ ﺍﻟﺠَﻬُﻮْﻝُ ﺑِﺄَﻥَّ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻏَﻮَﺍﻣِﺾَ ﺣَﻴَّﺮَﺕْ ﻋَﻘْﻞَ ﺍﻟﻔَﻬِﻴْﻢِ Orang bodoh tidak mengetahui bahwa di dalamnya terdapat kesulitan yang membingungkan akal orang ﺇِﺫَﺍ ﺭُﻣْﺖَ ﺍﻟﻌُﻠُﻮْﻡَ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺷَﻴْﺦٍ ﺿَﻠَﻠْﺖَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁِ ﺍﻟﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢْ Jika kamu menginginkan ilmu tanpa syaikh, niscaya kamu tersesat dari jalan yang lurus ﻭَﺗَﻠْﺘَﺒِﺲُ ﺍﻷُﻣُﻮْﺭُ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺼِﻴْﺮَ ﺃَﺿَﻞَّ ﻣِﻦْ ﺗُﻮْﻣَﺎ ﺍﻟﺤَﻜِﻴْﻢِ Perkara-perkara menjadi rancu atasmu sehingga kamu kebih tersesat daripada Tuma al-Hakim Alfaqier yakin masih banyak nomor alasan lain akan bahaya ilmu tanpa guru. Artikel ini disarikan dari beberapa Sumber: Sarkub – Bahaya Belajar Agama Lewat Internet / Buku Tanpa Guru Mutiara Zuhud – Belajar melalui internet Beberapa Tools untuk membantu pencarian Artikel Agama Islam yang aman. AswajaNU.COM Mesin Pencarian Kustom yg dikelola oleh LTN NU Islamuna.Info – Mesin pencarian islami kustom yang dikelola oleh komunitas Piss-KTB Islamuna Search Engine 5/5 - (2 votes)
20 Agustus 2015
Teknologi
Oleh : Rakhmat Kusnadi (VFK) Sumber : Majalah CHIP edisi 07 Tahun 2015 Terlalu sering berlama –lama didepan komputer saat ngantor, seringkali membuat badan terasa pegal dan kaku. Belum lagi mata terasa lelah, sakit kepala, dan mungkin masih ada keluhan-keluhan lainnya. Untuk menghindari gejala-gejala di atas, CHIP akan memberikan empat tips agar lebih nyaman di tempat kerja. Sumber Cahaya Cahaya alami dari matahari pagi, tentu sangat baik bagi jiwa dan tubuh. Namun, saat bekerja di kantor, kita jarang mendapat cahaya alami secara langsung, karena beberapa kantor biasanya tertutup gorden. Menurut peraturan dari asosiasi professional, tempat kerja harus didukung oleh tata cahaya yang optimal, baik itu cahaya alami, maupun cahaya buatan. Oleh karena itu, saat membangun gedung perkantoran, para arsitek dan pengembang pasti memikirkan tata letak jendela, sebagai penyerap sumber cahaya alami. Idealnya, sebuah ruang kerja di perkantoran diberi penerangan sebanyak 500 lux (tingkat pencahayaan minimal). Rekomnedasi untuk sumber cahaya alami : Alangkah lebih baik, jika ruangan tempat kita bekerja dilengkapi dengan jendela kaca yang dapat menyerap matahari pagi secara langsung. Rekomendasi untuk sumber cahaya buatan : Untuk cahaya buatan di ruang kerja, alangkah lebih baik dilengkapi dengan penerangan 500 lux – 750 lux dengan suhu warna 4000 Kelvin. Sehingga, penerangan diruangan saat siang hari akan berwarna putih, nyaman untuk membaca dan menulis. Posisi Duduk Untuk mencegah rasa pegal linu pada punggung, Anda harus duduk dalam posisi tegak! Usahakan punggung kursi, lutut, pinggul, dan lengan membentuk siku dengan luwes dan nyaman. Rekomendasi : Pilihlah tempat duduk yang memiliki sandaran punggung, dudukan lengan, dan dapat diatur ketinggiannya. Upayakan Anda dapat duduk dengan santai, sehingga akan lebih nyaman saat bekerja. Layar dan Keyboard Setelah selesai mengatur posisi duduk yang nyaman, ada baiknya Anda mengatur posisi monitor komputer Anda. Aturlah posisi monitor diatas meja kerja sesuai dengan kenyamanan Anda, sesuaikan layar sehingga ketinggian garis atas layar terletak di depan mata Anda. Kemudian, miringkan layar ke arah mata Anda, sehingga tidak terlalu tegak. Posisi layar monitor, idealnya berjarak antara 50 sampai dengan 80 cm dari mata Anda. Keyboard juga dapat Anda atur, sehingga tidak terlalu jauh, berkisar 10 sampai 15 cm ke tepian meja. Rekomendasi Layar : Layar monitor di tempat kerja harus dapat disesuaikan tinggi dan rendahnya. Idealnya, gunakan monitor 19 inci sampai dengan 24 inci agar lebih nyaman untuk membaca, dengan detail yang jelas. Jangan lupa untuk mengatur tingkat kecerahan dan warna pada layar monitor, agar mata tidak cepat lelah saat bekerja. Bagi para desainer, dapat melakukan kalibrasi monitor dengan alat pencetak (printer), maupun dengan layar monitor lainnya. Rekomendasi Keyboard : Gunakan keyboard dengan desain yang ergonomis, dan memiliki tots yang mudah ditekan. Aturlah posisi tangan Anda diatas meja, sehingga jemari dan pergelangan tangan tidak mudah lelah. Posisi Printer Tinta printer memiliki emisi partikel yang mungkin dapat membahayakan kesehatan mata dan pernafasan Anda. Karena itu, simpanlah printer lebih rendah dari meja komputer, tetapi masih dapat terjangkau oleh Anda. Rekomendasi : Saat membeli printer, pastikan printer tersebut ramah lingkungan dan memiliki emisi partikel yang rendah. Rajin-rajinlah membersihkan printer secara berkala agar tetap berfungsi dengan baik dan tintanya tidak membuat kotor ruangan kerja Anda. Diambil dari http://lptsi.its.ac.id/adminbtsi/lebih-nyaman-di-tempat-kerja/ Rate this post
2 April 2015
Umum
Teknologi
Kitab Ta’lim Muta’allim, yang disusun dan di karang oleh Syekh Az-Zarnuji Kitab Ta’lim Muta’allim merupakan kitab klasik yang banyak dipelajari dan dikaji di sebagian besar pesantren yang ada di tanah air Indonesia ini , yang disusun dan di karang oleh Syekh Az-Zarnuji, merupaka kitab dan acuhan sekaligus bimbingan bagi seorang penuntut ilmu agar mendapatkan ilmu yang bermamfaat bagi dirinya dan Masyarakat pada umumnya. Dalam kitab ini terdapat banyak sekali petunjuk – petunjuk bagi seorang penuntut ilmu, seperti halnya memilih guru dan teman yang akan di jadikan seorang guru dan teman untuk berdiskusi dan mencari solusi dalam permasalahan yang ada dalam masyarakat, cara memuliakan ilmu dan shohibul ilmi dan masih banyak hal – hal yang berhubungan tentang hak dan kewajiban penuntut ilmu. Memuat beberapa pembahasan secara rinci sebagai berikut: Tentang hakikat ilmu, fiqh dan keutamaan fiqh Niat di dalam mencari ilmu Tatacara memilih ilmu, guru dan teman Pengagungan terhadap ilmu dan pemiliknya Pentingnya serius, konsisten dan adanya cita-cita Permulaan mengaji, ukuran dan susunannya Tawakkal Waktu mencari ilmu Pentingnya kasih sayang dan nasehat Istifadah Wara` Penyebab cepat dan lambatnya hafalan Pendorong rezeki Itulah isi kitab Talimul Mutaallim yang mudah untuk dibaca tapi kadang sulit ketika akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari jika tidak tidak dibarengi dengan niat dan keistikomahan. Tentang Pengarang Kitab Ta`limul Muta`allim, Syekh Az-Zarnuji Imam al-Zarnji Terlahir dengan nama Burhanuddin al-Zarnuji, sebagian menyebutkan bahwa namanya adalah Syeikh Ibrahim bin Isma’il Al Zarnuji. Jika dilihat dari nisbahnya, yaitu Az-Zarnuji, maka sebagian peneliti mengatakan bahwa ia berasal dari Zaradj, yakni suatu daerah yang kini dikenal dengan nama Afganistan. Adapula yang menyebutkan bahwa ia berasal dari daerah Ma Warâ’a al-Nahar (Transoxinia). Tidak diketahui secara pasti mengenai tanggal kelahiran meupun sejarah kehidupannya, namun ada dua pendapat yang menjelaskan tentang wafatnya, yakni Pertama, pendapat yang mengatakan beliau wafat pada tahun 591 H./1195 M. Sedangkan pendapat yang kedua mengatakan bahwa Az-Zarnuji wafat pada tahun 840 H./1243 M. Karya Az-Zarnuji yang berjudul Ta’allim al-Muta’allim ditulis dengan bahasa Arab. Kemampuannya berbahasa Arab tidak bisa dijadikan alasan bahwa beliau keturunan Arab. Beberapa referensi telah penulis telaah dan tidak ditemukan bahwa az-Zarnurji adalah bangsa Arab, namun bisa jadi hal itu benar, sebab pada masa penyebaran agama Islam banyak orang Arab yang menyebarkan agama Islam ke berbagai negeri, kemudian bermukim di tempat di mana ia menyebarkan agama Islam. Az-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkan, yaitu ibu kota yang menjadi pusat keilmuan, pengajaran dan lain-lainnya. masjid-masjid di kedua kota tersebut dijadikan sebagai lembaga pendidikan dan diasuh oleh beberapa guru besar seperti Burhanuddin Ali bin Abi Bakr Al-Marginani (Th. 1197) pembesar ulama’ Hanafiyah pengarang kitab al Hidayah , Syamsuddin Abdil Wajdi Muhammad bin Muhammad bin Abdul Satar, selain itu banyak guru Az- Zarnuji yang pendapat-pendapat mereka banyak diangkat dalam karyanya Ta’allim al-Muta’allim. Selain tiga orang di atas, Az-Zarnuji juga berguru kepada Ali Bin Abi Bakar Bin Abdul Jalil Al Farhani, Ruknul Islam Muhammad bin Abu Bakar yang dikenal dengan nama Khawahir Zada, seorang mufti Bukhara yang ahli dalam bidang fiqih, sastra dan syair, Hammad Bin Ibrahim ahli fiqih, sastra dan ilmu kalam, Fakhuruddin Al-Kasyani, Rukhnuddin al-Farhami ahli fiqih, sastra dan syair. Ia juga belajar kepada Al-Imam Sadiduddin Asy-Syirazi. Dari karya beliau Kitab Ta’lim Muta’alim ini, dapat di ketahui bahwa beliau adalah sosok yang yang ‘Alim Fiqh yang bermadzham Hanafi dan fanatik terhadap Madzhabnya, terbukti beliau sering menyebutkan pendapat dari para ulama’ hanafiyah, bahkan beliau dalam mencontohkan kitab yang harus di pelajari dalam tahapan belajar, beliau menyebutkan Kitab-kitab Hanafiyah. [hr] Download Ebook Dan Terjemahan Kitab Ta’limul Muta’alim Download Aplikasi Android Kitab Ta’lim Muta’alim Gambar diambil dari Googel, Artikel diambil dari googel sebagian lagi dari cyberdakwah_com , Aplikasi Android oleh Daarul Hijrah Technology . Jika aplikasi error atau inkompatibel dengan device anda silahkan kontak developer tersebut. Editor : Rio Bahtiar 2/5 - (1 vote)